“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al Baqarah:195)

Buku yang dituliskan oleh Rully Marsis Amirullah Roesli, dunia medis dikenal dengan nama Prof. DR. dr. Rully MA Roesli, Sp-PD-KGH. Nama penanya adalah Rully Roesli. Berusia 64 tahun sebagai dokter ahli ginjal yang suka menulis. Ia adalah cucu dari Marah Roesli (alm), sastrawan penulis buku Siti Nurbaya.

Playing “God” sebenarnya adalah sebuah idiom. Disebutkan dalam buku ini, penulis mendefinisikan Playing “God” sebagai “mengambil alih peran Tuhan”. Buku ini banyak bercerita tentang sesuatu yang jarang ditemui orang. Mengajak kita berfikir bahwa manusia terkadang mengambil peran Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasar pada beberapa kejadian  yang sering dialaminya didunia medis, salah satunya setiap hari Jumat, ia dan para staf rapat untuk menentukan pasien mana yang akan mendapat pembebasan biaya cuci darah. Mereka menentukan hidup dan mati pasien. Yang paling banyak mendapatkan suaralah yang akan mendapatkan bantuan. Bila tidak? Dia mungkin akan meninggal karena kehabisan biaya pengobatan.

Itu adalah salah satu kegundahan Rully Roesli, seorang dokter ahli ginjal yang prihatin melihat susahnya jadi orang sakit di zaman sekarang. Dulu ia bercita-cita menjadi dokter semata dilandasi kepedulian terhadap sesama. Ia tak pernah menyangka bahwa kondisi mengharuskannya terjebak dalam perang batin. Bertindak seolah “Tuhan” dengan menentukan siapa yang bisa mendapatkan subsidi cuci darah dan siapa yang menyerah untuk mati karena tak mendapat bantuan biaya pengobatan gagal ginjal. Dari pergolakan batin inilah ia menuangkan dalam bentuk tulisan yang berjudul Playing “God”.

Dari beberapa tulisan dalam bukunya, terlihat memang penulis memiliki kepedulian sosial yang sangat tinggi. Tingginya kedudukan yang ia peroleh dan keahliannya dalam bidang medis tak membuat ia sombong,  penulis bahkan pernah  membantu pasiennya yang kurang beruntung untuk mendapat pengobatan gratis walaupun untuk  itu ia harus melakukan kebohongan-kebohongan kecil yang mungkin saja bisa mengancam reputasinya sebagai seorang dokter jika sampai ketahuan.

Seperti yang dialami oleh penulis, bisa saja suatu saat kita harus melakukan Playing “God”, karena terkadang ditangan kita menggantikan peran tuhan untuk memberikan rejeki untuk orang lain. Jadi, kalaupun kita harus melakukannya marilah kita ber-Playing “God” dengan dasar kasih sayang-NYA dan memposisikan diri sebagai perantara untuk berbagi antar sesama manusia.

Bedah buku: Usuluddin, staff Yayasan Hadji Kalla. Disampaikan pada weekly meeting karyawan Yayasan Hadji Kalla (Senin, 19 Desember 2016).

Judul : Playing “God”

Penulis : Rully Roesli

Penerbit : Qanita

Cetakan : I, Januari 2012