yayasanhadjikalla.or.id – Anak melakukan apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Jika orangtua menunjukkan kebaikan hati dan peduli pada orang lain, anak juga akan bersikap demikian. Jika orangtua melakukan penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang, anak kemungkinan melakukan hal yang sama.

Orangtua bisa mengajari anak dengan menjadi contoh yang baik untuk mereka. Hal ini, tidak berarti bahwa orangtua harus sempurna, tetapi mereka harus mencoba untuk hidup dengan apa yang mereka katakan, dan ketika melakukan kesalahan, orangtua mau mengakui hal tersebut, meminta maaf dan mencoba melakukan yang terbaik.

Yang perlu dipahami adalah gaya pengasuhan kepada anak.  Karena, orangtua perlu menyadari bahwa dalam mendidik dan mengasuh anak, secara tidak langsung yang terjadi sebenarnya adalah proses penanaman nilai-nilai dari orangtua pada anak. Ibu Nur Anti, SE, MT, dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sulawesi Selatan, mengatakan kepada 34 peserta yang mengikuti Training of Trainer (TOT) bahwa terdapat 4 gaya pengasuhan yang biasa diterapkan oleh masyarakat saat ini, yakni:

  1. Pengasuhan Otoriter

Pemberian kasih sayang yang rendah, tapi disiplin tinggi. Biasanya, perlakuan penghukuman yang kasar (pukulan, ancaman). Tindakan/sikap orangtua tidak dapat digambarkan anak sebagai bentuk kasih sayang. Atau sebaliknya, mengembangkan sifat anak yang penakut, kurang percaya diri, pemalu dan mudah tegang.

  1. Pengasuhan Yang Mengabaikan Anak

Pengasuh yang diam saja, tidak memberikan dukungan dan pengarahan pada anaknya, sehingga anak menjadi bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Dampaknya, anak menjadi kesal, putus asa, karena didiamkan oleh pengasuhnya. Anak yang dibesarkan dengan cinta, dukungan dari rumah, dan perhatian akan menjadikan otak penuh/tidak kosong. Kecenderungannya cerdas, bisa mengembangkan kemampuan sosial, berempati dengan orang lain.

  1. Pengasuhan Permisif

Pengasuh tidak mempedulikan kebutuhan yang sesuai bagi anak dan mengizinkan anak untuk meniru perilaku pengasuhnya yang tidak mendidik, sehingga membuat anak terpapar bahaya sejak dini. Orangtua yang tidak memikirkan kebutuhan anaknya, seperti waktu tidur ataupun tempat yang tepat bagi anak, tidak menanamkan aturan yang baik serta tidak mengembangkan pemahaman mengenai hal yang baik dan yang buruk. Faktanya, Anak ingin menjadi pusat perhatian dan selalu membawa caranya sendiri, seperti manja, sedikit-sedikit merengek, menjerit, merusak barang biila keinginan tidak dituruti.

  1. Pengasuhan Demokratis

Tindakan, sikap orangtua atau pengasuh yang mempedulikan kebutuhan anak yang diiringi kemampuan untuk merasakan perasaan anak. Pengasuh memberikan pengarahan melalui penjelasan maupun diskusi pada anak, serta diiringi kehangatan perasaan/kasih sayang.

Seorang ayah yang cukup peduli pada anaknya, dan menyediakan waktu untuk bersama dengan anaknya, yang disertai ekspresi wajah senang. Selain itu, ditandai oleh kehidupan keluarga yang harmonis, kebersamaan yang diawali rasa senang bagi semua anggota keluarga.

Anak yang dianggap sebagai teman, sehingga dapat mengekspresikan kebutuhan dan perasaannya. Melalui bercerita yang sesuai dengan tema yang sesuai dengan usia anak, serta diiringi suasana ceria, pengasuh dapat mengarahkan anak untuk mengembangkan daya pikir dan karakter yanng peduli terhadap sesama. (Cinra)